DIGERBANG UNIKA DAN CEMARA DI SAMPING ROSSMALEN
Oleh: Sabinus kantus
Yah, tak terasa ternyata masa-masa indah yang biasa orang sebut dengan masa putih abu-abu telah berakhir sudah. Banyak sekali pengalaman dan cerita unik selama tiga tahun dalam balutan gelar anak SMA. Mulai dari kisah sedih, bahagia, cinta, kebersamaan dan lainnya yang pastinya tidak akan bisa dengan gampang dilupakan oleh setiap siswa yang baru saja lulus dari bangku SMA.
Nama saya Sabinus kantus dan saya diterima di jurusan Bahasa dan sastra indonsia di Universitas katolik santu paulus ruteng. Setelah saya dinyatakan diterima di Universitas katolik santu paulus ruteng atau yang lebih sering disebut dengan UNIKA dan melakukan daftar ulang, saya telah resmi menjadi mahasiswa UNIKA dan di saat itu ada salah satu pengalaman unik yang pertama kali saya dapatkan. Kenapa? Karena pada saat daftar ulang, saya bertemu seorang teman yang baru saja saya kenal pada saat itu. Namanya Brayen, orangnya ramah dan tidak sombong ketika bertemu dengan saya yang juga pertama kali dia temui. Itu pengalaman pertama saya.
Ketika mulai perkuliahan di bulan September, adalah awal dimulainya cerita baru saya di Universitas ktolik santu paulus ruteng. Singkat ceritanya, saya bertemu banyak sekali teman-teman baru yang sangat menyenangkan. Terutama ketika saya mengikuti kegiatan PKKMB, itu merupakan pengalaman yang tak kan saya lupakan. Karena banyak sekali kejadian-kejadian unik dan lucu yang saya alami.
Pertama saya berpikir bahwa kuliah itu lebih santai dibandingkan dengan SMA, ternyata tidak. Kuliah tidaklah semudah apa yang saya pikirkan selama ini, saya selalu dikejar-kejar oleh yang namanya tugas tugas yang menumpuk. Walaupun hal tersebut memang melelahkan, namun saya tetap menjalankan perkuliahan ini dengan semangat karena adanya juga semangat dari semua teman-teman baru saya. Saya harap semua pengalaman ini dapat bermanfaat untuk saya ke depannya. Dan untuk teman-teman baru saya, saya harap kita bisa terus bersama sampai akhir perjuangan nanti. (ujarku)
September 2020 adalah hari yang luar biasa dan tak pernah diduga dalam hidup saya. Itupun seperti yang dirasakan oleh teman-teman seangkatan yang sampai saat ini dengan caranya sendiri mengakui hal ini.
Sekitar jam 09:00 WIT, tibalah saya di depan gerbang kampus yang bertuliskan UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG. Sejenak saya berpikir, saatnya harus berjuang dalam kematangan di jalan yang penuh terang.
Di samping gedung terlihat pohon-pohon Cemara yang menuntut kita bersikap tahu arah, tanpa amarah. Butir-butir pasir yang menuntut kita untuk berjuang sampai garis akhir, tanpa harus jatuh agar berakhir. Bunga-bunga di sudut kelas yang menuntut kita untuk tahu mencintai perjuangan agar tidak dinyatakan tak pantas
Huuuuuufffff...
Saya masih belajar menanam akar agar tumbuh menjadi mekar. Saya masih belajar mencubit papan tulis agar tahu dan tulus. Saya masih belajar mengenakan pakaian hitam putih agar tahu bahwa ada merah dan biru yang terus mengejar arus
Awal semester ini akan menjadi pagi di awal September, agar menjadi malam di akhir gerhana
Hahaha serius sekali rupanya. Ia harus serius, kuliah di unika, akan menjadi arang bagi semua yang masih dalam kedinginan.
Saya atas nama perjuangan, masih belajar menghitung ruang-ruang kelas dan menghaluskan pasir-pasir di pesisir.
Selama satu semester menjalani kuliah, sudah pasti banyak hal-hal yang terjadi. Banyak pengalaman baru yang dirasakan, khususnya saya mahasiswa baru atau biasa disebut juga Maba.
Sebagai mahasiswa baru, tentu saja ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum memasuki bangku kuliah. Beberapa diantaranya yaitu kesiapan tekad dan mental, mengingat kuliah sangatlah berbeda dengan sekolah.
Yang saya pikirkan kalau jadi mahasiswa itu enak, santai, dan bebas walaupun skripsi itu berat.”
“Aku berpikir kuliah itu adalah hal yang mudah, apalagi saya pernah liat sinetron anak kuliahan yang kuliahnya terlihat santai beda seperti anak sekolahan, tiba-tiba wisuda.”
Setelah saya melewati satu semester ini, ternyata hal tentang kuliah sangat diluar ekspetasi. Semuanya berbanding terbalik dengan pemikiranku, karena mencari kesempatan buat istirahat lumayan sulit, harus membagi waktu buat kuliah dan kegiatan lainya, apalagi kuliah jauh dari orang tua, susah untuk beradaptasi di awal semester, tugas-tugas banyak dan praktikum pun banyak,” ucap Ronal.
Sangat diluar dugaan tidak sesuai ekspektasi, sistem belajar yang awalnya aku pikir fleksibel ternyata lebih padat, kegiatan-kegiatan tambahan perkuliahan yang harus menguras tenaga dan waktu, serta tugas dan pratikum yang terkadang bersamaan diwaktu yang sama,” begitulah jawaban Brayen ketika menanggapi realita yang dia rasakan selama menjalani perkuliahan.
Waktu menjalani kuliah, ekspektasi yang kurasakan mungkin ada yang sesuai dan ada juga yang tidak sesuai, kuliah memang tidak seperti sekolah jam pelajarannya dan tugasnya juga terkadang banyak tapi tidak sesulit seperti yang kupikirkan selama ini karena itu lah aku mengatakan tidak sesuai ekspektasi.”
Begitulah penuturan dari beberapa temanku, bahwa ternyata kuliah itu cenderung diluar ekspektasi. Mulai dari sistem belajar yang fleksibel tetapi dipadati oleh tugas-tugas yang diberikan dosen, serta kegiatan tambahan lain seperti UKM, kepanitiaan, dan lain-lain. Apalagi bagi mereka yang tinggal jauh dari orang tua, merantau demi menuntut ilmu. Harus belajar beradapatasi dan memanajemen waktu dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar